Jumat, 15 Januari 2010

Inovasi Bioremediasi Laut Teluk Jakarta

Kompas, 9 Januari 2010

Perairan Teluk Jakarta saat ini ibarat ”kolam sampah raksasa”. Sampah tak sekadar menumpuk di bibir pantai, tetapi juga memenuhi perairan. Warna laut pun berubah kotor. Pantai yang semestinya bersih dengan air berwarna biro jernih tak berlaku di Teluk Jakarta.

Teluk yang membentang dari Pantai Kamal di ujung barat Jakarta hingga Marunda di sebelah timur Jakarta ini kondisinya memprihatinkan. Selain air laut sangat kotor, juga terkadang mengeluarkan bau menyengat.

Teluk Jakarta sebenarnya dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya alam yang merupakan aset pembangunan, baik sumber daya alam terpulihkan (renewable resources) maupun sumber daya alam tak terpulihkan (nonrenewable resources). Namun, di sisi lain berbagai laporan tentang pencemaran di pesisir Teluk Jakarta selalu menjadi sorotan.

Pencemaran di Teluk Jakarta bukan lagi berita baru. Ada beberapa informasi yang menguatkan hal ini. Contohnya, di Teluk Jakarta pada tahun 1974 terjadi ledakan populasi alga yang disebut red tide yang dapat menyebabkan ikan mati.

Kemudian, Kompas edisi Rabu, 8 Agustus 2001, mengeluarkan tulisan berjudul, Teluk Jakarta Tercemar, Nelayan Tak Bisa Melaut. Penyebab tercemarnya air laut Teluk Jakarta adalah limbah kimia yang diduga dibuang oleh pabrik-pabrik pengawetan kayu di sekitar Marunda dan Kalibaru. Kejadian ini menyebabkan air berwarna merah kecoklatan serta ikan, kepiting, udang, bahkan kerang hijau mati.

Hasil penelitian Akbar (2002), menunjukkan kadar Zn dan Pb di Teluk Jakarta telah melampaui ambang batas pada kerang hijau yang dibudidayakan di perairan Muara Kamal, Teluk Jakarta.

Selanjutnya pada tahun 2004 terjadi blooming dari fitoplankton di Teluk Jakarta yang menyebabkan ikan-ikan mati.

Mengutip Kementerian Negara Lingkungan Hidup, sekitar 1.500 meter kubik sampah Jakarta per hari masuk ke Teluk Jakarta melalui sungai.

Mengatasi pencemaran

Kemajuan bidang bioteknologi saat ini membuka harapan untuk mengatasi masalah pencemaran secara ramah lingkungan. Dalam bioteknologi dikenal teknologi bioremediasi, yaitu suatu proses yang melibatkan mikroorganisme, fungi, tanaman hijau ataupun enzim yang dihasilkannya untuk mengembalikan kondisi lingkungan yang telah diubah oleh kontaminan menjadi seperti kondisi sebelumnya.

Kontaminan yang dimaksud adalah bahan pencemar atau limbah yang masuk ke dalam perairan. Kelebihan teknologi ini ditinjau dari aspek komersial, relatif lebih ramah lingkungan, biaya penanganan yang relatif lebih murah, dan bersifat fleksibel.

Ada empat teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi. Pertama, stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dan sebagainya. Kedua, inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus. Ketiga, penerapan immobilized enzymes, dan, keempat, penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah pencemar.

Bila diteliti, pencemaran Teluk Jakarta disebabkan oleh berbagai jenis bahan pencemar, antara lain logam berat, senyawa organik yang tergolong persistent organic pollutant (POP) dan hidrokarbon (minyak).

Beberapa mikroorganisme telah diketahui memiliki kemampuan mendegradasi bahan-bahan ini. Salah satu bakteri yang populer dalam mengubah senyawa berbahaya menjadi tidak berbahaya adalah Pseudomonas sp. Dengan kemajuan teknologi rekayasa genetika memungkinkan dihasilkan beberapa bakteri yang spesifik menangani limbah kimia tertentu sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan.

Beberapa bakteri sudah dikenal dapat meremediasi berbagai jenis limbah, seperti bakteri Sulfurospirillum Barnesii. Selanjutnya beberapa mikroorganisme, seperti Sphingomonas, Pseudomonas, Stenotrophomonas, Ochrobactrum, Alcaligenes, Pandorea, Labrys, dan Fusarium, dikenal dapat mendegradasi limbah semacam Polisiklik Aromatik Hidrokarbon.

Dengan kekayaan potensi mikroorganisme di Indonesia, kita pun dapat berharap pencemaran Teluk Jakarta dapat diatasi melalui teknologi bioremediasi.

Elvi Yetti Peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI

referensi : http://www.oseanografi.lipi.go.id/component/content/article/21-berita-koran/776-teluk-jakarta-inovasi-bioremediasi-laut.html