Senin, 13 Desember 2010

Ragam busana masyarakat Asmat

Jenis atau ragam budaya Asmat belum banyak diketaui, sejauh ini yang ditemukan hanya berupa rok dengan cawat sebagai penutup aurat kaum laki-laki dan perempuan. Laki-laki Asmat biasanya memakai pummi semacam rok yang dibuat dari anyaman daun sagu. Rumbai-rumbai pummi dilepas begitu saja sehingga terurai di sekeliling pinggul dan paha.

Penahan pummi adalah asenem, ikat pinggang dari anyaman rotan. Sedangkan kaum perempuan memakai tok, semacam celana dalam. Tok adalah pummi yang rumbai-rumbai bagian depannya dikumpulkan lalu ditarik ke bagian belakang pinggul melaluai ceelah paha sehingga menyerupai celana dalam. Untuk menutup payudara, wanita Asmat membuat semacam bra dari anyaman daun sagu muda yang disebut peni atau samsur. Tali pengikatnya dibuat dari akar pandan, disebut tali bow. Dan peni, dahulu hanya dipakai oleh istri panglima perang.....more....

reference :

http://www.amazingequator.info

Masyarakat Asmat – Salah Satu Masyarakat Asli Papua

Wilayah pantai (selatan) Irian Jaya didiami sukubangsa Muyu, Marind, Asmat, dan Mimika. Suku bangsa Asmat adalah suku bangsa terbesar diantara suku-suku bangsa lainnya di bagian selatan Irian, bahkan di kawasan propinsi Irian Jaya. Mereka bermukim di daerah rawa yang luas.

Daerah persebarannya pun cukup luas hingga ke Pantai Kasuari. Seperti halnya suku bangsa lainnya, masyarakat Asmat merancang dan mengembangkan berbagai jenis busana dan tata rias untuk dipakai sehari-hari maupun untuk keperluan upacara adat...more....

reference :

http://www.amazingequator.info

Kamis, 09 Desember 2010

Pasar Tradisional VS Pasar Saham

Banyak yang beranggapan bahwa pasar saham lebih tinggi dalam hal perputaran uang, namun kenyataannya pasar tradisional yang justru memiliki perputaran uang yang lebih tinggi. Pasar Tradisional hanya butuh beberapa jam saja untuk memutar uang hingga milyaran rupiah sedangkan pasar saham butuh 10-12 jam untuk memutar uang hingga ratusan milyar rupiah. Seperti contohnya pasar Kramat Jati Jakarta Timur, pasar tersebut buka pukul 10 tetapi pada jam 2 atau jam 3 hampir semua dagangan para pedagang habis terjual. Sedangkan perputaran uang dalam beberapa jam itu sudah mencapai angka milyar.

Warna-warni Laut Jepang

Perairan di lepas pantai bervariasi mulai dari dingin, sedang, hingga tropis. Kehidupan lautnya pun sama luar biasanya.

Oleh JULI BERWALD
Foto oleh BRIAN SKERRY

Cahaya matahari menyeruak di antara retakan di permukaan es. Potongan es yang tebal memancarkan cahaya hijau zamrud mencerminkan warna ganggang. Sejumlah penghuni wilayah dingin ini pun mulai bermunculan: siput air berwarna biru yang tembus pandang, ikan merah muda dengan ekor seperti kipas seorang geisha, seekor ikan lumpsucker oranye terang yang tampak seakan-akan baru meloncat keluar dari film kartun Pokémon.
Ini adalah dunia bawah laut yang menunggu kedatangan fotografer Brian Skerry, yang tersaruk lamban di atas pantai dekat sebuah kota nelayan bernama Rausu, di sudut timur laut Jepang. Dengan kamera di tangan, Skerry menyelam di antara lempengan es ke dalam air Laut Okhotsk, yang berbatasan dengan Semenanjung Shiretoko.

Jepang membentang di atas daerah sepanjang 2.400 kilometer dan mencakup lebih dari 5.000 pulau. Saat daratan berbaur dengan lautan pada daerah yang sangat luas ini, ia mencakup setidaknya tiga ekosistem yang berbeda. Di utara yang dingin, elang laut, dengan rentang sayapnya yang mencapai dua meter, dan kepiting raja hidup di atas lautan yang tertutup es di lepas Semenanjung Shiretoko yang terpencil. Di perairan tengah bersuhu sedang di Semenanjung Izu dan Teluk Toyama, hanya beberapa jam perjalanan darat dari pencakar langit Tokyo, tampak segerombolan cumi kunang-kunang dan hutan karang lunak. Di selatan yang lembap, kupu-kupu cantik dan hiu macan pasir berukuran besar hidup bersama-sama di terumbu karang di Kepulauan Bonin, yang terdiri dari 30 pulau atau lebih, sekitar 800 kilometer di selatan Tokyo.

Arus laut yang merupakan kunci untuk keragaman kehidupan laut membasuh pantai-pantai Jepang dengan suhu air berkisar antara -1°C sampai 30°C. Arus laut juga menghasilkan beberapa rekor dunia untuk negara itu. Arus Kuroshio yang kuat mendorong air hangat ke utara, memungkinkan terumbu karang untuk tumbuh subur di tempat yang tidak biasanya. Arus Sakhalin Timur menarik air dingin ke arah Jepang, membuat Semenanjung Shiretoko menjadi tempat paling selatan di dunia yang memiliki lautan es di musim dingin.

Arus-arus ini tidak hanya mengendalikan temperatur air. Mereka juga membawa berbagai kehidupan laut dari tempat yang jauh. Endapan menghiasi garis pantai Jepang yang berada dekat gunung berapi, ujar profesor dari Florida Institute of Technology, Robert van Woesik. Pada pulau-pulau yang dikelilingi oleh terumbu karang, laguna itu "bertindak bagaikan sarung tangan bisbol yang menangkap karang dan larva ikan."

sumber referensi :
Warna-warni Laut Jepang http://nationalgeographic.co.id/feature/179/warna-warni-laut-jepang

Dia yang Pamit kepada Gunung

Setelah lebih dari 200 tahun sejak kelahirannya, naturalis kelahiran Jerman Franz Wilhelm Junghuhn masih kerap dibicarakan sebagai orang asing yang paling mengenal--dan begitu mencintai--alam tanah Jawa.

Oleh JJ Rizal
Foto oleh Reynold Sumayku

Kota Bandung yang galibnya berudara sejuk di musim hujan ini semakin terasa dingin. Namun, saya, yang hendak melacak jejak Franz Wilhelm Junghuhn, naturalis kelahiran Jerman, pemerhati botani, geologi, biologi, dan geografi tanah Jawa yang begitu fanatik, mau tidak mau harus mendatangi kota ini. Di Bandung, nama Junghuhn disejajarkan dengan raksasa-raksasa dunia akademis internasional seperti Eijkman, Pasteur, Bosscha, Ehrlich, Otten, Westhoff, yang diabadikan sebagai nama jalan--meski banyak penduduknya telah melupakan.

Saya ditemani Juli Hantoro, wartawan harian Koran Tempo yang sehari-hari bertugas di kawasan ini, untuk berkunjung ke satu pabrik kina di sana, lantas ke Pangalengan. Sampai pada saat itu saya--sejujurnya--masih belum memahami betul seluruh ketokohannya. "Dia itu pahlawan kina," kata Juli. Saya tersenyum. Akan tetapi sepertinya dia belum selesai. Ditunjukkannya saya buku Wajah Bandoeng Tempo Doeloe karya Haryoto Kunto yang sohor sebagai "bapak Bandung tempo dulu".

Ia membuka dan membacakan bagian yang menyebut Junghuhn bukan saja salah satu dari "tiga orang Eropa yang ikut 'babat alas' Tatar Ukur, yang sekarang dikenal sebagai wilayah Kabupaten Bandung, melainkan juga orang yang berhasil mengangkat nama Bandung sebagai gudang penghasil bubuk kina yang utama di dunia."

RIWAYAT PERINTISAN PEMBUDIDAYAAN kina di Hindia Belanda memang merupakan salah satu batu ujian terbesar dan paling menantang dalam sejarah karier Junghuhn sebagai ilmuwan. Tiada masa di mana Junghuhn dipaksa begitu rupa untuk mengeluarkan hampir seluruh keunggulannya sebagai naturalis dalam arti seluas-luasnya selain masa-masa saat dia berkutat dengan kina. Mungkin hal itu pula yang membuat para penyusun kurikulum sekolah dasar mencantumkan Junghuhn sebagai "penemu kina" dalam buku-buku pelajaran, meski itu--tentu saja--tidak benar.

Junghuhn memang mengerahkan segala ilmunya ketika ia mulai menolak pemilihan daerah Cipanas, Cibeureum, Kandang Badak dan terutama perkebunan stroberi Gubernur Jenderal di Cibodas sebagai tempat pembudidayaan kina oleh Teijsmann, hortulanus (kurator tanaman) kebun raya negara di Buitenzorg (sekarang Bogor) yang ditunjuk pemerintah mulai April 1852 sebagai direktur budidaya kina yang pertama.

referensi :
http://nationalgeographic.co.id/feature/180/dia-yang-pamit-kepada-gunung