SEIRING perkembangan zaman, tren desain rumah tinggal semakin pesat. Sama pesatnya dengan perkembangan furnitur dan aksesori yang selalu mengikuti tren yang ada. Hal itu terlihat dari bermunculannya konsep-konsep hunian, seperti minimalis, modern, klasik, dan Mediterania.
Namun dari semua tren yang ada, sebagian belum mengikuti standar-standar rumah tinggal yang dibutuhkan masyarakat saat ini. Menurut Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Her Pramtama, secara umum kita masih mengalami krisis lingkungan, dan hal ini akan berkembang secara terus-menerus apabila arsitek, pemilik rumah, dan pemerintah ”tidak bersatu”.
Salah satu cara mengubahnya yaitu dengan menerapkan konsep green pada hunian, seperti memanfaatkan cahaya alami dan meminimalkan kebergantungan kita pada teknologi. Mengingat global warming sudah menjadi isu dunia, perlu kesadaran dari tiap lapisan masyarakat. Memang cukup sulit untuk mengubah semua dari awal karena keadaan yang sudah tidak lagi relevan untuk diubah ke masa dulu. Karena itu, dibutuhkan langkah awal untuk meminimalkan keadaan ini.
Her menjelaskan, pada 2010 kita sudah harus merancang desain yang nyaman. Dalam arti, kita dapat menghirup udara yang cukup dan penyerapan cahaya alami.
”Karena sebenarnya masyarakat kita sudah dibiasakan untuk ”toleransi-toleransi” tertentu. Seperti penggunaan AC, penggunaan listrik di siang hari, dan perilaku-perilaku lain sehingga untuk mengubahnya dari awal lagi cukup sulit. Jadi, mulai sekarang kita harus menghilangkan ”toleransi” tersebut dan kembali ke kehidupan nyata kita,” beber Her.
”Caranya dengan menerapkan konsep green pada area rumah, mengurangi penggunaan AC, mengurangi penggunaan lampu pada siang hari, dan ubah gaya hidup,” tambahnya.
Lalu, bagaimana dengan tren hunian 2010? Her selaku Ketua IAI untuk wilayah Jakarta, mempunyai jawaban khusus. Dia menje-laskan, sebenarnya arsitektur tidak bisa diarahkan sebagai fesyen atau tren, karena gaya hunian muncul ketika Indonesia mengalami krisis moneter, di mana harga material melambung cukup tinggi .
”Alhasil, pada saat itu furnitur yang digunakan dalam penataan rumah dikurangi dan muncullah pendekatan tren tersebut seperti minimalis, modern, klasik, dan konsep lainnya,” jelas Her.
Sedangkan desain tropis bukanlah suatu gaya, melainkan sebuah kebutuhan, karena sejatinya kita hidup di sebuah negara beriklim tropis. Jadi, gaya tropis adalah suatu keharusan dan kita harus aware atas masalah-masalah tersebut.
Lalu, apa sebenarnya yang ingin ”dilemparkan” oleh para arsitek dan pengusaha properti kepada khalayak untuk melihat desain hunian pada 2010? Jika kita menilik ke tahun sebelumnya, tren gaya minimalis tetap menjadi pilihan, mengingat ”kesederhanaan” pada zaman dulu memang dibutuhkan. Namun, perekonomian sekarang sudah semakin membaik dan masyarakat pun sudah mengarah ke titik jenuh pada suatu konsep hunian, sehingga timbullah usaha menuju keanekaragaman.
Menurut Her, tren arsitektur sekarang sudah mengarah ke titik jenuh, di mana masyarakat sudah mulai bosan dengan ”kesederhanaan” yang ada. Apalagi perekonomian yang sudah semakin membaik, sehingga tren tahun depan mengarah ke kolaborasi antara desain modern dan gaya lain yang mungkin lebih banyak menggunakan detail aksesori dan furnitur. Contoh, dulu kita hanya menggunakan tembok dengan cat warna putih, tapi sekarang masyarakat mempunyai banyak pilihan agar dinding tampak lebih dekoratif.
Lebih Hemat Energi
Global warming menjadi isu dunia yang paling teranyar saat ini. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh negara luar, tapi negara kita pun tak luput dari isu besar ini. Sebab itu, saat ini pemerintah dan berbagai elemen masyarakat sedang gencar-gencarnya menyuarakan hal tersebut, dan diharapkan tahun 2010 menjadi waktu yang tepat untuk kita melakukan perubahan.
Menurut arsitek Nunung Adiwijaya, 2010 akan menjadi tahun transisi tren minimalis menuju konsep green. ”Dalam arti, dari perkembangan minimalis menuju desain sustainable, yakni desain yang hemat energi,” katanya.
Ciri-ciri konsep green ini, pertama: rumah memiliki banyak bukaan seperti jendela-jendela yang besar dan tinggi. Dengan banyak bukaan, rumah akan lebih banyak mengadopsi udara dan cahaya alami sekaligus mengurangi penggunaan energi listrik pada siang hari.
Kedua, bangunan-bangunannya lebih tinggi, yakni plafon yang dibuat lebih dari tiga meter. Desain seperti ini tidak hanya membuat rumah menjadi hemat energi, tapi juga memberi kesan mewah dan megah. ”Biasanya hal tersebut diterapkan di ruang publik seperti ruang keluarga dan ruang tamu,” ujar Nunung.
Ciri ketiga, biasanya konsep seperti ini kerap memanfaatkan banyak lansekap, seperti taman di area depan maupun belakang rumah. Berbicara desain eksterior 2010, tentu berkaitan pula dengan interiornya. Menurut Nunung, desain interior akan mengikuti tren rumah yang sedang berkembang. Karena antara desain eksterior dan interior saling berkesinambungan, jadi pasti ada beberapa aspek yang menjadi second opinion. Contohnya, ujar Nunung, sekarang masyarakat sudah banyak yang jenuh dengan desain modern dan beralih ke desain yang ”abadi”, dalam arti tidak habis termakan zaman, semisal gaya klasik dan art deco.
”Tapi, mengingat tahun depan merupakan transisi tren minimalis ke konsep green, maka desain interior minimalis masih menjadi pilihan,” imbuh Nunung.
Pergantian tren desain hunian tidak hanya dirasakan pada fasad dan bentuk rumah, tapi juga warna. Nunung berpendapat, tren warna di masa mendatang mungkin akan banyak mengalami perubahan, karena masyarakat sekarang sudah mulai berani menerapkan warna-warna cerah di dalam rumah mereka.
”Seperti hijau dan biru, tapi tidak tertutup kemungkinan masyarakat masih banyak juga yang menerapkan warna netral seperti abu-abu, karena melihat tahun depan ada peralihan dari desain minimalis ke konsep green,” jelas Nunung.(Koran SI/Koran SI/tty)
Sumber artikel:
http://lifestyle.okezone.com/read/2009/12/29/30/289208/30/desain-hunian-2010-transisi-minimalis-ke-konsep-green
Tidak ada komentar:
Posting Komentar