Oleh Tantyo Bangun
Foto oleh Michael Sjukrie
Ketidaksepakatan antara para pihak yang berkaitan dengan pelestarian penyu hijau di perairan Berau, menyebabkan masalah semakin rumit.
Sore itu Derpin melaju dengan perahunya di atas gugusan karang yang melingkupi Pulau Maratua, ke utara ke arah Pulau Bakungan. Lima belas menit berperahu, sampailah nelayan dari Kampung Payung-Payung ini di tempat pemancingannya. Sejenis pukat asing, bukan seperti yang biasa dipakai nelayan setempat, tampak mengapung. Di kedalaman, terlihat seekor penyu mati kaku terjerat jaring. Agak ke bawahnya ada satu lagi, dan satu lagi dan banyak lagi.
Hari sudah menjelang gelap di gugusan pulau terdepan Kabupaten Berau, Kalimantan Timur itu dan Derpin tak sanggup mengangkat pukat itu sendirian. Ia lalu bergegas pulang dan kembali esok pagi-pagi sekali. Saat kembali di akhir November 2009 itu, ia sudah tidak sendirian di lokasi. Sekelompok penyelam dari Jerman yang sedang berada di resor terdekat juga sudah berada di lokasi. Bersama-sama mereka bahu-membahu menarik jaring itu dari kedalaman. Ada paling tidak 40 ekor penyu hijau (Chelonia mydas) terjerat mati. Ikan hiu ada 6 ekor tapi masih hidup dan dilepaskan.
“Wah, menangis mereka,” kenang Derpin akan para wisatawan itu. Sambil mengangkat penyu-penyu itu mereka tak dapat menahan haru menyaksikan binatang yang menjadi teman mereka menyelami terumbu karang terjerat dan mati sia-sia. Hari itu para wisatawan itu berpatungan merogoh kocek membayar sewa perahu dan alat selam. Bersama aparat, mereka menyelami dan menarik jaring penyu total panjang 1.600 meter.
Ini adalah modus terbaru dalam perburuan binatang dilindungi seperti penyu di lautan selama beberapa tahun terakhir. Para nelayan ilegal itu membentangkan jaring yang melayang di kedalaman laut dengan panjang ribuan meter dan meninggalkannya. Mereka akan memeriksanya setelah beberapa saat. Modus ini membuat kejahatan ini sulit dilacak dan ditangkap karena sulit membuat mereka tertangkap tangan
Jaring yang membentang itu akan menjerat apa saja yang bisa terjerat. Utamanya adalah ikan besar dan mahluk laut lain yang cukup besar seperti penyu. Penyu apabila terjerat dan tidak bisa muncul ke permukaan —penyu adalah reptil yang bernapas dengan paru-paru—untuk menghirup udara, akan mati lemas.
referensi : http://nationalgeographic.co.id/featurepage/128/maskot-yang-terancam/2
2 komentar:
waaah gila yaa..
tega bangeet. masih ada aja orang yg mau nangkep dan mbunuh hewan lindung ini.
permisi mau minta gambarnya ya bang. thnx.
Posting Komentar