Rabu, 19 Mei 2010

Anggrek lihai


Oleh Michael Pollan
Foto oleh Christian Ziegler


Bagaimana cara sebuah tumbuhan menyebarkan gen miliknya, jika ia terjebak di satu tempat? Caranya dengan mengelabui binatang, termasuk kita, agar jatuh cinta kepadanya.
Makhluk seperti kita memang kurang menghargai tumbuhan. Jika ingin merendahkan sesama manusia yang dianggap tak berguna misalnya, masyarakat Barat menyebutnya sebagai “tanaman dalam pot”. “Sayur” adalah istilah untuk menyebut orang yang tidak berdaya, yang kehilangan segala kemampuan untuk bertahan hidup. Kenyataannya, tumbuhan mampu menjalani hidupnya dengan baik dan hal itu telah dilakukannya selama jutaan tahun sebelum kita muncul.

Betul, tumbuhan tak punya kemampuan bergerak, penguasaan terhadap alat dan api, ataupun keajaiban akal sehat dan bahasa. Bagi makhluk seperti kita, berbagai kemampuan tersebut menjadi alat bertahan hidup yang kita anggap paling “maju”. Namun jika lain kali kita terdorong untuk merayakan akal sehat manusia sebagai puncak kegemilangan evolusi, mari kita berhenti sesaat untuk mempertimbangkan dari mana kita mendapatkan ide tersebut.

Untuk menguji gagasan itu, marilah kita merayakan puncak-puncak kegemilangan evolusi lainnya, evolusi yang akan mendapat perhatian lebih besar apabila sejarah alam ditulis oleh tumbuhan, bukan binatang. Ketika kita sibuk menguasai kemampuan bergerak, akal sehat, dan bahasa, tetumbuhan mengembangkan keahlian-keahlian yang lain, melibatkan fakta kunci eksistensial dalam kehidupannya. Yaitu, hal-hal yang berkaitan dengan akar. Bagaimana cara sebuah makhluk menyebarkan gen miliknya jika ia terjebak di satu tempat? Ia akan menjadi sangat ahli dalam hal-hal seperti biokimia, rancang-bangun, desain, warna, dan seni memanipulasi berbagai makhluk “tingkat tinggi”, termasuk makhluk seperti kita. Saya memikirkan secara khusus mengenai salah satu keluarga tumbuhan bunga, yaitu 25.000 spesies anggrek yang dalam kurun sekitar 80 juta tahun terakhir telah berhasil menguasai enam benua, menguasai setiap habitat tanah yang dapat dijangkau, dari gurun di bagian barat Australia hingga hutan dataran tinggi Amerika Tengah, dari kanopi hutan hingga di bawah permukaan tanah, dari puncak-puncak pegunungan terpencil di Mediterania hingga ruang-ruang keluarga, kantor, dan restoran di seluruh dunia.

Apa rahasia kesuksesan mereka? Dalam satu kata: tipu muslihat. Beberapa jenis anggrek memang menawarkan hadiah makanan kepada serangga dan burung yang membawa serbuk sari mereka dari satu tumbuhan ke tumbuhan lainnya secara konvensional. Namun, kurang lebih sepertiga dari jumlah total spesies anggrek sejak lama sudah mengetahui, tentunya tanpa sadar, bahwa mereka dapat menghemat pengeluaran nektar dan memperbesar kemungkinan reproduksi dengan mengembangkan tipuan yang cerdas, entah dalam bentuk tipuan visual, aromatik, sentuhan, atau ketiganya sekaligus. Beberapa jenis anggrek menarik lebah dengan iming-iming makanan (yang palsu) lewat tampilan yang meniru bunga-bungaan penghasil nektar. Sementara yang lain, dalam kasus anggrek Drakula, memikat agas dengan memeroduksi bebauan tajam, dari jamur dan daging busuk hingga kencing kucing dan popok bayi.

Namun mungkin, tipu muslihat paling cerdas yang ditawarkan oleh anggrek adalah yang menjanjikan iming-iming seks. Juga bukan tipe seks yang normal. Bahkan kenyataannya, tipe seks yang sangat aneh.

referensi : http://nationalgeographic.co.id/featurepage/107/anggrek-lihai/2

Tidak ada komentar: