Rabu, 19 Mei 2010

Hutan Sequoia


Oleh JOEL K. BOURNE, JR.
Foto oleh MICHAEL NICHOLS

Pohon ini dapat berkembang menjadi pohon tertinggi di Bumi, menghasilkan kayu, menciptakan lapangan kerja, menyimpan air bersih, dan menampung berbagai spesies binatang.
Di suatu lereng bukit di California, pepohonan besar telah habis. Bukit itu hanya penuh dengan pohon sequoia kecil, scotch broom (Cystisus scoparius), dan oak beracun (Toxicodendron diversilobum). Di bukit itulah Mike Fay terpeleset, meluncur jatuh, dan merasakan tusukan benda tajam di bagian atas kaki kirinya. Setelah merambahi ratusan kilometer hutan dengan bersandal, kakinya yang berusia 52 tahun sudah terbiasa dengan hal semacam itu. Namun, serpihan itu besar. Mengenai tulang, bersarang di tendon, dan tak mau keluar. Akhirnya rekan sependakiannya, Lindsey Holm, menjepit benda itu dengan tang kecil. Selah berkali-kali ditarik, akhirnya lepas juga.
“Teriakanku bisa kau dengar dari satu puncak ke puncak gunung lainnya,” ujar Fay. “Itu salah satu hal paling menyakitkan yang pernah kualami.” Pernyataan ini tak bisa diremehkan mengingat dia pernah 16 kali ditusuk gajah. Fay membebat lukanya, menyandang tasnya, dan seperti yang ia lakukan selama tiga bulan terakhir, lalu terus berjalan.

Setelah tiga dasawarsa ikut menyelamatkan hutan Afrika, Mike Fay, biolog Wildlife Conservation Society dan anggota explorer-in-residence National Geographic Society, kini terobsesi pada pohon sequoia atau redwood. Hal itu bermula beberapa tahun lalu setelah melakukan megatransect—eksplorasi rimba perawan terbesar Afrika ala David Livingstone. Suatu hari saat menelusuri pesisir California utara, kebetulan ia melihat lajur-lajur hutan yang telah dibabat dan hutan sekunder yang kurus. Lain waktu di sebuah taman nasional, pajangan berupa irisan batang sequoia tua berdiameter 1,8 meter menarik perhatiannya. Di dekat pusat irisan yang merah kehitaman tertera label: “1492 Columbus.”

“Label yang membuatku tercenung, sekitar delapan sentimeter dari pinggir,” kata Fay. “‘Demam Emas, 1849.’ Dari beberapa sentimeter terakhir lingkaran umur pohon itu, kusadari bahwa kita hampir menghabiskan hutan yang berusia 2.000 tahun.”

Pada musim gugur 2007 ia memutuskan melihat sendiri bagaimana dulu pohon tertinggi di Bumi itu dieksploitasi serta bagaimana diperlakukan sekarang. Berjalan menyusuri kawasan sequoia California dari Big Sur hingga melewati perbatasan Oregon, ia ingin mengetahui, adakah cara memaksimalkan produksi kayu maupun memaksimalkan berbagai manfaat sosial dan ekologi hutan yang utuh. Dia percaya jika dapat dilakukan pada hutan sequoia, hal itu juga dapat dilakukan di mana saja di Bumi yang hutannya dibabat demi keuntungan jangka pendek. Sebagaimana yang dilakukan saat megatransect, dia dan Holm memotret dan membuat catatan detail dalam perjalanan 11 bulan tersebut tentang kehidupan tumbuhan, kehidupan liar, serta kondisi hutan dan sungai. Mereka juga berbincang dengan masyarakat sequoia: pembalak, rimbawan, biolog, pencinta lingkungan, pemilik kafe, serta eksekutif perusahaan kayu—semua yang bergantung pada hutan.

Saat itu adalah tahun yang baik untuk berjalan di kawasan hutan sequoia. Setelah lebih dari dua dasawarsa bermasalah dengan pencinta lingkungan serta penegak hukum negara bagian dan federal AS karena praktik pembalakan berlebihan, Pacific Lumber Company yang sering dihujat akhirnya bangkrut dan ditata ulang. Walaupun sebagian besar sisa pohon sequoia tua dilindungi, spesies binatang yang jadi simbol rimba sequoia—burung hantu tutul utara (Strix occidentalis caurina), burung laut kecil bernama marbled murrelet (Brachyramphus marmoratus), dan ikan salem coho (Oncorhynchus kisutch)—populasinya terus turun dengan laju yang membahayakan, sementara krisis ekonomi dan perumahan juga membuat kilang penggergajian di seantero kawasan hutan itu tutup. Kebakaran terparah dalam sejarah memusnahkan ratusan ribu hektare hutan. Pariwisata pun menurun.

Namun, ada hal lain yang berkembang di tengah hutan. Pembicaraan di antara grup lingkungan, konsultan perhutanan, bahkan beberapa perusahaan kayu serta masyarakat adalah: hutan sequoia berada di persimpangan sejarah yang penting—saat masyarakat bisa meninggalkan debat tentang pilihan untuk menebang atau tidak selama berpuluh tahun lalu, kemudian merangkul pengelolaan hutan yang bermanfaat bagi masyarakat, kehidupan liar, bahkan mungkin bagi planet ini. Semakin jauh berjalan, Fay semakin yakin. “California mengubah dunia dengan chip silikon,” ujarnya. Suaranya lirih sebelum mengungkap maksudnya. “Mereka bisa melakukan hal yang sama pada manajemen hutan.”


ay dan Holm mulai berjalan di ujung selatan hutan. Mereka berbelok-belok sejauh 2.900 kilometer melalui kelompok pohon yang setidaknya pernah sekali ditebang. Banyak pula yang ditebang tiga kali sejak 1850, menyisakan pulau-pulau hutan sekunder yang lebih besar di tengah lautan pohon yang masih kecil.

Namun, pada suatu hari di bulan Mei, hampir tiga perempat perjalanan menuju transek, mereka tiba di batas selatan Humboldt Redwoods State Park. Di sana terdapat blok utuh hutan sequoia tua terluas yang tersisa di planet ini—sekitar 4.000 hektare. Dataran aluvial tepi sungai dan anak sungainya merupakan habitat ideal sequoia. Perpaduan tanah subur, air, dan kabut dari samudra telah menghasilkan hutan tertinggi di planet ini. Dari 180 sequoia yang dikenal dan tingginya lebih dari 106 meter, lebih dari 130 tumbuh di sini.

Setelah menyeberangi sungai sempit berwarna hijau zamrud, mereka mendaki tepi sungai di seberang dan masuk ke area teduh berhias berkas-berkas cahaya yang dibentuk oleh hutan kecil terindah yang mereka lihat sejauh ini. Sequoia sebesar roket Saturn (yang meluncurkan wahana luar angkasa Apollo) mencuat dari tanah bagai tanaman kacang polong raksasa dalam dongeng. Pangkalnya hitam akibat api. Ada yang memiliki kulit kayu tebal bagaikan tali yang berpilin-pilin ke langit. Ada yang memiliki lubang besar yang dikenal sebagai kandang angsa—karena dimanfaatkan untuk itu oleh kaum pionir awal—cukup besar untuk menampung 20 orang.

Puncak-puncak pohon sebesar mobil VW Combi ada yang tergeletak dan separuhnya terkubur di antara dedaunan sorrel (Oxalis oregana) dan pakis pedang (Polystichum munitum) setelah jatuh dari ketinggian setara 30 lantai bagaikan korban perang kolosal melawan angin. Sekarang pun angin masih berkejar-kejaran di antara puncak pohon yang berderit dan mengerang bagai suara suling. Pantas saja Steven Spielberg dan George Lucas membuat adegan film sekuel Jurassic Park dan Return of the Jedi di antara para raksasa sequoia: Saya tak akan heran jika T rex atau Ewok tiba-tiba melongokkan kepala.

Sequoia tetap terasa ajaib bagi rimbawan, karena kulit dan kayu terasnya kaya akan senyawa polifenol. Serangga dan jamur pelapuk tidak menyukainya. Dan karena kulitnya yang mirip tali-tali itu tidak mengandung banyak damar, sequoia yang lebih besar sangat tahan terhadap api.
Mungkin hal yang paling menakjubkan soal sequoia adalah kemampuannya bertunas setiap kali kambiumnya—jaringan hidup persis di bawah kulit—terkena cahaya. Jika pucuknya patah, dahan terpotong, atau pohon itu ditebang oleh pembalak, dahan baru akan bertunas dari luka itu dan tumbuh dengan cepat. Di seluruh hutan terdapat tunggul besar yang dasarnya dikelilingi kumpulan pohon generasi kedua yang sering disebut cincin peri. Pohon-pohon dalam kumpulan tersebut adalah klona induknya dan DNA-nya dapat berusia ribuan tahun. Anehnya, runjung sequoia berukuran mungil—sekecil zaitun—dan hanya sesekali menghasilkan biji. Akibatnya, tunas tunggul penting bagi kelangsungan spesies sequoia sepanjang era penebangan.

Pohon ini memiliki kemampuan lain yang disukai rimbawan. Dengan toleransi yang tinggi terhadap keteduhan dan kemampuannya bertunas, sequoia bisa hidup dorman (pertumbuhan tak lancar) dalam bayangan pohon yang lebih tua selama puluhan tahun. Namun, begitu pohon dominan tumbang atau ditebang, membentuk celah pada tajuk, dan cahaya baru masuk ke dalam hutan, sequoia yang terhambat ini mulai tumbuh—fenomena yang disebut pembebasan.

referensi : http://nationalgeographic.co.id/feature/110/hutan-sequoia

Tidak ada komentar: