Rabu, 19 Mei 2010

Gunung Yang Berubah


Pertama kali menyelam di bawah bayangan Gunung St. Helens semasa remaja dahulu, masih terlintas dalam benaknya kondisi danau itu sebelum letusan pada bulan Mei 1980, sebelum sekitar 400 meter dari puncak gunung berapi itu—kira-kira tiga miliar meter kubik lumpur, debu, dan salju yang meleleh—meluncur ke dalam danau itu. Sebelum ukuran danau itu menjadi dua kali lebih besar tetapi hanya setengah kedalamannya. Sebelum akhirnya semua bukti kehidupan, binatang maupun manusia – kabin, jalanan, kamp, dan kaleng – disapu bersih. Sebelum danau itu menjadi hamparan sup tengik tanpa oksigen, dan ditutupi oleh hamparan tunggul pepohonan yang mengambang akibat tercerabut dari lanskapnya. Hal yang tertanam jelas di dalam ingatan Smith adalah apa yang dia sebut sebagai hutan “yang membatu”: pohon-pohon cemara tanpa cabang yang berdiri tegak dengan muramnya, terkubur dengan posisi berdiri lusinan meter di bawah permukaan air. Hutan di bawah air itu selalu menjadi sebuah misteri baginya sampai gunung itu meletus. Setelahnya, dia baru bisa memahaminya. Pepohonan itu adalah bukti terjadinya letusan di masa lalu—sebuah tanda Lake Spirit selalu menjadi langganan bencana.

Tiga dekade kemudian, Lake Spirit menjadi rumah bagi sebuah misteri baru: Bagaimana ikan, yang kini ukurannya dua kali lipat sebelum terjadi letusan, muncul kembali? Semua orang memiliki teorinya masing-masing. Smith, yang mengendalikan Eco Park Resort di pinggir monumen gunung berapi menduga ikan salem ini meluncur dari Danau St. Helens yang lebih kecil dengan posisi lebih tinggi pada saat banjir terjadi. Tetapi danau itu hanya dihuni oleh ikan salmon mackinaw—sementara ikan di Lake Spirit dari jenis pelangi. Ahli biologi Bob Lucas dari Departement of Fish and Wildlife di Washington meyakini bahwa seseorang secara ilegal telah menyebarkan benih ikan itu. Di akhir tahun 1990-an, sebuah telepon tak dikenal ke rumahnya seakan-akan membuktikan kecurigaannya: “Saya adalah orang yang menyebarkan benih ikan itu.” Pengujian awal genetik oleh ahli ekologi Charlie Crisafulli dari Forest Service juga menyatakan ikan salem itu bukanlah keturunan dari populasi ikan sebelum letusan. Baginya, pertanyaan yang lebih penting bukanlah bagaimana mereka tiba di sana tetapi bagaimana mereka bisa tumbuh sedemikian besarnya. Pada ulang tahun ke-30 letusan tanggal 18 Mei, salah satu hal yang pasti mengenai ikan salem di Lake Spirit adalah ikan ini telah memberikan semua orang—aktivis lingkungan, ilmuwan, nelayan, anggota kongres, pemburu, dan pemilik bisnis—sesuatu untuk diperdebatkan.

Danau seluas 11 kilometer persegi itu kini terletak di tengah-tengah kawasan penelitian yang tertutup, yang menempati seperempat dari 445 kilometer persegi Monumen Nasional Gunung Api St. Helens, yang telah disetujui Kongres pada 1982 “untuk melindungi sumber daya geologi, ekologi, dan kebudayaan … dengan cara yang sealami mungkin, memungkinkan berbagai kekuatan alami geologi dan kesinambungan ekologi untuk terus berlangsung tanpa gangguan.” Bagian dari zona ledakan yang kerap ditutup bagi publik ini telah menjadi salah satu tempat penelitian terbesar di planet kita.

Gunung berapi itu kembali hidup pada 2004 hingga 2008, memuntahkan uap panas dan debu sekitar 9.000 meter ke angkasa, menciptakan kubah lava baru di kawahnya sehingga memukau para pemerhati dan ahli geologi. Tetapi yang paling menarik di kawasan itu adalah dari sisi ekologi.

referensi : http://nationalgeographic.co.id/featurepage/148/gunung-yang-berubah/2

Tidak ada komentar: